Kamis, 01 Agustus 2013

SINDROM ASPERGER


A.      Pengertian
Sindrom asperger merupakan gangguan kejiwaan pada diri seseorang yang ditandai dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi. Penyakit kejiawaan ini ditemukan oleh Hans Asperger, seorang dokter yang berkebangsaan Austria, pada tahun 1944. Di tahun yang sama (1944), Hans Asperger menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan pola perilaku beberapa anak laki – laki dengan tingkat intelegensi dan perkembangan bahasa normal. Namun, anak itu juga memperlihatkan pola- pola perilakunya yang unik, yakni mirip autisme : memiliki kekurangan dalam hubungan sosial dan kecakapan komunikasi.
Asperger merupakan varisi autis yang paling ringan. Para penderita sindrom asperger memiliki kondisi striktural otak secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan penderita autisme. Seorang penyandang sindrom asperger dapat memperlihatkan bermacam – macam karakter dan gangguan. Hanya saja pada umumnya, seorang penderita sindrom asperger memperlihatkan kekurangan dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu melakukan hal – hal yang sama secara berulang – ulang. Seorang penderita sindrom asperger sering terobsesi oleh rutinitas dan menyibukkan diri dengan sesuatu aktivitas yang menarik perhatiannya. Selain itu, penderita sindrom asperger juga mengalami kesulitan dalam membaca aba – aba (bahasa tubuh) dan mengalami kesulitan dalam menetukan posisi badan dalam ruangan (orientasi ruang dan bentuk).
Jika dibuat rumus, maka :
Kecakapan sosialisasi rendah + Kecakapan komunikasi rendah = Ciri utama      
                              
B.       Karakteristik Anak Sindrom Asperger
1.    Sebagian besar penderita sindrom asperger memiliki IQ rata – rata, bahkan ada beberapa yang memiliki IQ di atas rata – rata
2.    Penderita sindrom asperger memiliki gangguan emosional
3.    Pennyandang sindrom asperger lebih suka menyensiri dan sulit untuk bersosialisasi
4.    Penyandang sindrom asperger  memiliki pola berbicara yang tidak biasa
5.    Penyandang sindrom asperger juga mengalami kesulitan untuk membaca bahasa tubuh orang lain
Seorang anak baru bisa terdeteksi menyandang sindrom asperger pada saat berusia antara 6 hingga 11 tahun. Sindrom asperger dengan autis memiliki persamaan, yaitu sama – sama mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Adapun perbedaannya, yaitu penyandang sindrom asperger memiliki IQ rata – rata atau di atas rata – rata, sedangkan penyandang autis memiliki IQ di bawah rata – rata.
Berikut ini adalah karakteristik penyandang sindrom asperger dalam belajar dan berperilaku, yaitu :
1.    Sindrom asperger merupakan suatu sifat khusus yang ditandai dengan kelemahan kualitatif dala, berinteraksi sosial. Seorang penyandang sindrom asperger dapat bergaul dengan orang lain, namun ia tidak mempuyai keahlian berkomunikasi dan ia akan mendekati orang lain dengan cara yang ganjil. Penyandang sindrom asperger sering kali tidak mengerti akan kebiasaan sosial yang ada dan secara sosial akan tampak aneh, sulit berempati, dan salah mengunterpretasikan gerakan – gerakan. Penyandang sindrom asperger sulit belajar bersosialisasi, sehingga memerlukan suatu instruksi yang jelas untuk dapat bersosialisasi.
2.    Anak – anak penyandang sindrom asperger biasanya berbicara lancar saat mencapai usia 5 tahun. Namun, mereka sering mempunyai masalah dalam menggunakan bahsa dalam konteks sosial (pragmatik) dan tidak mampu mengenali sebuah kata yang memiliki arti yang berbeda – beda (semantik) serta khas dalam berbicara / prosodi (tinggi – rendahnya suara, serta tekanan dalam dalam berbicara). Anak penyandang sindrom asperger bisa jadi memiliki perbendaharaan kata yang lebih dan sering tak henti – hentinya berbicara mengenai suatu subjek yang ia sukai. Topik pembicaraan sering dijelaskan secara sempit dan orang itu mengalami kesulitan untuk berpindah ke topik lain. Mereka dapat merasa sulit berbicara teratur. Penyandang sindrom asperger dapat memotong pembicraan orang lain, atau memberikan komentar yang tidak relevan secara mengalami kesulitan untuk memulai dan mengakhiri suatu pembicaraan. Cara berbicaranya kurang bervariasi dalam hal tinggi – rendahnya suara, tekanan, dan irama. Apabila anak tersebut telah mancapai usia lebih dewasa, cara berbicaranya sering terlalu formal. Kesulitan dalam berkomunikasi sosial dapat terlihat dari cara berdiri yang terlalu dekat dengan orang lain, memandang lama, postur tubuh yang tidak normal, dan tidak dapat memahami gerakan – gerakan dan ekspresi wajah.
3.    Anak penyandang sindrom asperger memiliki kemampuan intelegensi normal sampai di atas rata – rata, dan terlihat berkemampuan tinggi. Kebanyakan dari mereka cakap dalam memperdalam ilmu pengetahuan dan sangat menguasai subjek yang mereka sukai dan pernah ia pelajari. Namun, mereka lemah dalam hal pengertian dam pemikiran abstrak, juga dalam pengenalan sosial. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan akademis, khususnya dalam kemampuan membaca dan mengerti apa yang dibaca, menyelesaikan masalah, kecakapan berorganisasi, pengembangan konsep, membuat kesimpulan, dan menilai. Ditambah pula, mereka sering kesulitan untuk bersikap lebih fleksibel. Pemikiran mereka cenderung lebih kaku. Mereka juga sering mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, sulit menerima kegagalan yang dialaminya, dan tidak siap belajar dari kesalahan – kesalahannya,
4.    Diperkirakan bahwa 50% - 90% dari penyandang sindrom asperger mempunyai kesulitan dalam koordinasi motoriknya. Motorik yang terkena dalam hal melakukan gerakan yang berpindah – pindah (locomotion), kecakapan bermain bola, keseimbangan, cakap menggerakkan sesuatu dengan tangan, menulis dengan tangan, gerak cepat, persendian lemah, irama serta daya mengikuti gerakan – gerakan.
5.    Seorang penyandang sindrom asperger memiliki kesamaan sifat dengan enyandang autisme, yaitu dalam menanggapi rangsangan sensori. Mereka bbisa menjadi hipersensitif terhadap beberapa rangsanagn tertentu dan akan terikat pada suatu perilaku yang tidak biasa dalam memperoleh suatu rangsangan sensori yang khusus.
6.    Seorang penyandang sindrom asperger biasanya kelihatan seperti tidak memperhatikan lawan jenis bicara, mudah terganggu konsengtrasinya dan dapat dikategorikan sebagai penyandang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sewaktu di-diagnosis dalam masa kehidupan mereka.
7.    Rasa takut yang berlebihan juga merupakan salah satu sifat yang dihubungkan dengan penyandang sindrom asperger. Mereka akan sulit belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan bersosialisasi di sekolah. Instruksi yang baik dan benar akan membantu meringankan tekanan – tekanan yang dialaminya.

Gangguan sindrom asperger ada umumnya akan terus mengikuti perkembangan usia seseorang. Meskipun tidak membahayakan jiwa, gangguan itu bisa membuat anak takut berada di keramaian dan membuat anak depresi. Para ahli mengatakan bahwa penyandang sindrom asperger biasanya akan menetap seumur hidup. Namun, gejala tersebut dapat dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu, terutama deteksi.

C.      Cara Penanganan
Sebagian orang menganggap bahwa sindrom aspetrger adalah mild autis (autis ringan), treatment, dan intervensi tetap harus dilakukan. Sebagian besar program terapi untuk anak sindrom asperger biasanya bersifat direct teaching (langsung) dibuat untuk memperbaiki skill yang mereka belum kuasai misalnya di bidang sosialisasi, mengerjakan / menyelesaikan pekerjaan sekolah, dan cara membagi waktu (time management). Anak sindrom asperger juga sangat terbantu jika banyak dilibatkan dalam kegiatan sosial, seperti belajar dalam kelompok kecil (support group), sport club. Dalam kegiatan – kegiatan tersebut, mereka dapat berlatih, share experience, dan saling belajar dari teman mereka. ada juga satu terapi yang cukup baik untuk anak sindrom asperger yaitu RDI (Relationship Development Intervention).
Penanganan anak sindrom asperger adalah mengikuti beberapa terapi. Apabila sindrom asperger pada seseorang bisa terdeteksi di bawah 5 tahun atau 6 tahun, kemungkinan untuk sembuh sangat besar. Karena pada usia tersebut otak masih berkembang. Tentu saja dengan pemberian obat secara rutin. Apabila sindrom asperger terlambat dideteksi, penanganannya sangat sulit, karena otak sudah berhenti berkembang. Pada umur 6 tahun, bagian otak yang disebut sinaps-sambungan antarsaraf yang bahan kimia serotonin bekerja-akan berhenti.
Penanganan yang cukup mudah dilakukan oleh para orang tua yang anaknya mengidap dindrom asperger adalah dengan mengajaknya barmain dan bersosialisasi. Permainan akan menstimulasi otak dan otak tersebut akan memperbaiki sinaps dan meningkatkan kadar serotonin di otak.
Pengidap sindrom asperger harus terus dilatih kemampuan bersosialisasinya. Para pengidap sindrom asperger memiliki IQ rata – rata, maka untuk mengajarkan bersosialisasi akan lebih mudah.
Berikut macam – macam terapi yang bisa dilakukan untuk para pengidap sindrom asperger, yaitu :

1.    Pelatihan dan pendidikan untuk para orang tua
Para orang tua harus lebih mengetahui tentang sindrom asperger agar proses penyembuhan pada penyandang sindrom asperger lebih cepat. Peran orang tua pengaruhnya sangat besar bagi para penyandang sindrom asperger.
2.    Intervensi pendidikan khusus untuk anak
                        Para anak penyandang sindrom asperger harus dididik secara khusus, terutama dalam bersosialisasi.
3.    Pendidikan keahlian sosialisasi
Penyandang sindrom asperger harus sering dilatih untuk bersosialisasi agar gangguan emosional mereka bisa berkurang. Mereka tidak merasa depresi pada saat bersosialisasi dengan orang lain.
4.    Terapi bahasa
Penyandang sindrom asperger harus melakukan terapi bahasa agar mereka mampu menyusun perbendaharaan kata dan mampu untuk mengerti bahasa yang diucapkan oleh orang lain.
5.    Terapi okupasi
Terapi okupasi adalah suatu jenis terapi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitasi medis. Penekanan terapi ini adalah pada sensorimotorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan. dengan demmikian, akan tercapai peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kemampuan anak.
Para penyandang sindrom asperger melakukan terapi okupasi untuk melatih integrasi pancaindera.
6.    Pengobatan
Para penyandang sindrom asperger dapat diberi obat – obatan untuk mempercepat proses stimulasi di otak.
7.    Terapi sesnsori integrasi
Berguna bagi penyandang sindrom asperger yang masih anak – anak untuk meminimalkan kondisinya yang terlalu sensitif.

Terapi Kogniitif atau Psikoterapi
     Berguna bagi anak – anak penderita sindrom asperger yang lebih tua. Untuk psikoterapi para orang tua harus banyak berkonsultasi kepada para ahli.
     Memang penyandang sindrom asperger tidak bisa disembuhkan secara total. Di antara macam – macam terapi di atas, sebenarnya peran orang tua sangat penting dan sangat mendukung proses penyembuhan anak – anak penyandang sindrom asperger. Peranan orang tua dalam proses bersosialisasi anak – anak penderita sindrom asperger sangat berguna. Hanya orang tua mereka yang bisa memahami dan membantu mereka secara maksimal. Anak – anak penyandang sindrom asperger akan lebih merasa lebih nyaman bersosialisasi ketika mereka didampingi oleh orang tua mereka. dengan didampingi orang tua, mereka akan merasa menjadi manusia normal dan bisa hidup layak seperti anak pada umumnya.
     Penyandang sondrom asperger membutuhkan pendidikan khusus. Mereka termasuk ke dalam anak berkebutuhan khusus atau yang biasa disebut ABK. Mereka bisa dididik di Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah yang menyediakan fasilitas pendidikan inklusi.
     Peranan para pendidik juga sangat penting. Para pendidik harus bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak – anak penyandang sindrom asperger ini. Cara yang bisa dilakukan oleh para pendidik sangat banyak. Misalnya, para pendidik bisa memaksimalkan kreativitasnya. Kreativitas anak penyandang sindrom asperger sangat mudah untuk diasah. Mereka memiliki IQ rata – rata bahkan di atas rata – rata.
     Sindrom asperger bulan akhir segalanya. Seseorang dengan sindrom asperger bisa dimaksimalkan kreativitasnya karena memiliki IQ rata – rata. Jadi, sindrom asperger bukan halangan untuk berkreativitas dan bersosialisasi.

Sumber : Buku Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, disunting oleh E.Kosasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar