Jumat, 14 Desember 2012

Pengalamanku Bersama Anak Berkebutuhan Khusus


Ketika saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di prodi Pendidikan Luar Biasa atau PLB, saya tidak pernah menyangka bahwa keputusan saya ini akan merubah sudut pandang saya kepada orang lain melalui sudut pandang yang berbeda. Bagi saya, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan dalam beraktivitas secara normal dikarenakan kelainan yang terjadi pada diri anak tersebut, baik kelainan fisik maupun kelainan mental. Awalnya saya beranggapan bahwa anak berkebutuhan khusus tersebut lemah dan tidak berdaya, sehingga hanya dapat hidup dengan bantuan orang lain. Namun kini, saya beranggapan bahwa anak berkebutuhan khusus memiliki semangat dan jiwa juang sekeras baja. Saya berterima kasih kepada HMP PLB FKIP UNS dan dosen ortopedagogik saya, yaitu Bapak Munawir karena telah memberikan saya kesempatan untuk dapat berinteraksi langsung dengan anak berkebutuhan khusus. Bapak  Munawir memberi tugas kepada mahasiswa PLB angkatan tahun 2012 untuk observasi di salah satu SLB sesuai dengan undian jenis kelainan yang didapat oleh masing – masing kelompok. Saat undian jenis kelainan tersebut, kelompok saya mendapat tunadaksa, sehingga kelompok saya memutuskan untuk melakukan observasi di SLB YPAC Surakarta.
Pada hari Sabtu, 1 Desember 2012 saya bersama teman – teman satu kelompok yang berjumlahkan sembilan orang datang ke YPAC Surakarta dan melakuka observasi. Ketika datang, kami harus menemui bapak Hadi. Kemudian bapak Hadi memberikan penjelasan mengenai sejarah berdirinya SLB YPAC Surakarta. Seusai tanya-jawab, sya dan teman – teman diajak berkelilling YPAC Surakarta. Ketika berkeliling, saya sadar bahwa masih banyak teman – teman saya yang tidak seberuntung saya. Saya bertemu dan berinteraksi langsung dengan para siswa yang ada di YPAC Surakarta. Bagi saya, ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dan luar biasa. Saya dapat menyapa dan berjabat tangan dengan anak berkebutuhan khusus. Di YPAC Surakarta, tidak hanya menjumpai anak tunadaksa sja, namun ada juda anak lamban belajar dan autis. Sungguh pengalaman yang luar biasa dan menyenangkan bagi saya. Dari pengelaman inilah, sudut pandang saya tentang anak berkebutuhan khusus berubah. Kini saya tahu, bahwa anak berkebutuhan khusus seperti tunadaksa juga dapat beraktivitas produktif slayaknya orang normal pada umumnnya. Anak tunadaksa dapat diajari keterampilan hidup melalui bina gerak dan bina diri, sehingga anak tunadaksa dapat hidup mandiri. Di YPAC Surakarta, anak tunadaksa juga diberi dan dilatih keterampilan, seperti membatik dan memasak. Saat melakukan observasi dengan berkelilling, saya melihat langsung anak tunadaksa memasak. Dengan antusias, mereka mengikuti setiap petunjuk yang diberikan oleh ibu guru pendamping. Ini menarik sekali. Selain itu, saya bapak Hadi juga memperlihatkan beberapa batik karya anak tunadaksa. Sangat menakjubkan. Meski motifnya sederhana, namun batik karya anak tunadaksa tersebut sangat rapi dan terlihat cantik. Saya saja sampai merasa iri karena belum dapat membuat batik seperti karya anak tunadaksa tersebut. Di pelataran, saya juga menyaksikan beberapa anak tunadaksa sedang berlatih memainkan alat musik sederhana dalam rangka persiapan pertunjukan car free day pada hari Minggu, 12 desember 2012. Meski mengalami sedikit kesulitan, namun anak tunadaksa tersebut tetap semangat berlatih. Bahkan ketika sinar matahari terasa menyengat di kulit, mereka tidak memedulikannya. Mereka asyik berlatih dan bercanda bersama. Senang sekali melihat senyum dan tingkah laku anak yunadaksa yang lucu.
Kegiatan observasi saya berakhir setelah bapak Hadi menjelaskan ruang terapi yang ada di YPAC Surakarta dan foto bersama di pelataran SLB YPAC Surakarta. Dikarenakan tugas dari dinas, seusai menemani saya dan teman – teman observasi bapak Hadi tidak dapat mendampingi kami untuk mengenal lebih dalam tentang anak tunadaksa dan SLB YPAC Surakarta. Namun beliau memberikan kesempatan kepada saya dan teman – teman untuk mengenal YPAC Surakarta lebih dalam dan beliau juga berpesan bahwa kami diperbolehkan main kapan saja ke YPAC Surakarta. Sungguh menyenangkan. Sebelum pulang, saya dan teman – teman menyaksikan proses latihan musik dalam rangka persiapan pertunjukkan di car free day. Saya merasa senang dan ini adalah pengalaman baru yang berharga bagi saya.
Selain itu, dalam rangka memperingati Hari Internasional Penyandang Cacat atau HIPENCA, HMP PLB FKIP UNS menyelenggarakan jalan – jalan bersama anak berkebutuhan khusus di car free day pada hari Minggu, 9 Desember 2012. Dalam acara tersebut, dilibatkan anak berkebutuhan khusus dari SLB se-Surakarta. Dalam acara tersebut, saya kagum melihat kemampuan anak – anak berkebuthan khusus tersebut. Ada yang bisa bermain drumband dan bernyanyi. Bahkan saya yang normal saja tidak bisa melakukan itu. Saya hanya bisa berkata “ mereka sungguh luar biasa dalam keterbatasannya”. Puncak memperingati HIPENCA dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Desember 2012 dengan melibatkan anak berkebutuhan khusus dari SLB se-Surakarta. Dalam acara tersebut, saya kembali berdecak kagum akan kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus tersebut. Mereka menampilkan kemampuan mereka yang belum tentu dimiliki oleh orang normal. Ada yang menari, bermain drum, bernyanyi, hingga membacakan puisi. Mereka sungguh luar biasa.
Banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang saya peroleh. Sekarang saya mengerti bahwa anak berkebuthan khusus sama seperti manusia normal. Hanya saja mereka mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan manusia normal. Tugas kita adalah mengarahkan sudut pandang mereka menjadi sudut pandang seperti manusia normal pada umumnya. Rasanya saya ingin cepat – cepat menyelesaikan studi saya dan menjadi pendidik bagi anak berkebutuhan khusus.