Rabu, 21 Agustus 2013

REHABILITASI DAN TERAPI


Rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk melakukan aksi pencegahan, peningkatan, penyembuhan, pemakaian, serta pemulihan kemampuan bagi individu yang membutuhkan layanan khusus. Kaitannya dengan pelaksanaan pelayanan pendidikan terhadap individu tersebut, peranan rehabilitasi secara paripurna sangat diperlukan. Hal tersebut didasarkan atas masalah yang dialami oleh masing – masing individu. Layanan perlu diberikan secara terpadu dan berkesinambungan.
A.      Fungsi Rehabillitasi
1.    Kuratif
     Berfungsi sebagai penyembuhan dari gangguan yang dialami oleh individu yang 
     membutuhkan layanan khusus, dalam bbidang koordinasi, gerak motorik, komunikasi, 
     psikososial, dan pendidikan.
2.    Rehabilitatif
     Berfungsi senagai pemulihan atau memberi kemampuan pada individu yang mengalami 
     gangguan koordinasi, gerak motorik, komunikasi, 
     psikososial, dan pendidikan.
3.    Promotif
     Berfungsi sebagai upaya peningkatan kemampuan individu menuju kondisi normal 
     secara optimal.
4.    Preventif
     Memberikan layanan pencegahan dari kondisi kecacatan, agar tidak terjadi kondisi 
     yang lebih parah atau lebih berat. Dengan adanya fungsi pencegahan itu diharapkan 
     individu yang membutuhkan layanan khusus dapat terhindar dari kecacatan yang lebih 
     berat.

B.       Jenis – Jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan upaya layanan yang diberikan kepada individu yang membutuhkan layanan khusus. Walaupun kecacatan sama, namun tingkat, jenis, serta derajat kecacatannya berbeda sattu sama lain. Hal tersebut diperlukan langkah – langkah identifikasi, analisis serta diagnosis secara cermat dan tepat.
Jenis – jenis rehabilitasi meliputi rehabilitasi medis, pendidikan, sosial, dan advokasional. Jenis – jenis rehabillitasi tersebut dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri – sendiri, tetapi merupakan satu – kesatuan yang utuh dalam mengantarkan individu agar mampu mendiri dan terampil dalam kehidupan masyarakat.
1.         Rehabilitasi Medis
Layanan yang diberikan kepada individu yang mengalami gangguan – gangguan dalam koordinasi gerak, komunikasi, sensorik motor, dan penyesuaian sosial. Rehabilitasi medis meliputi bidang layanan fisioterapi, speech therapy, occupational therapy, ortotik protestik. Tenaga – tenaga ahli yang menangani bidang tersebut adalah tenaga – tenaga profesi ahli madya yang dihasilkan oleh Departemen Kesehatan. Masing – masing tenaga tersebut berperan sebagai tenaga adsministrator, konsultan, dan manajemen bidang rehabilitasi. Adapun peranan guru pendidikan khusus sebagai mitra kerja, membantu memberikan latihan – latihan dasar dalam menunjang pelaksanaan pendidikan, terutama apabila tenaga – tenaga tersebut belum ada di lingkungan sekolah.
2.         Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi pendidikan adalah layanan yang diberikan kepada individu yang membutuhkan layanan khusus dalam bidang pendidikan (pra-akademik, yaitu baca, tulis, dan hitung).
Lembaga pendidikan yang mengelola layanan pendidikan untuk individu yang membutuhkan layanan khusus sudah termasuk rehabilitasi pendidikan. Lembaga ini umumnya diselenggarakan oleh swasta dan pemerintah di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional.
3.         Rehabilitasi Sosial
Dinas sosial mempunyai program melaksanakan rehabikitasi di bidang sosial, misalnya layanan rehabilitasi sosial melalui mobil keliling yang memberikan layanan kepada masyarakat terutama di pedesaan.
Rehabilitasi sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi, mencegah penurunan kemampuan bersosialisasi, atau kondisi lebih parah dari kondisi sosial sebelumnya.
4.         Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
Rehabillitasi Berbasis Masyarakat (RBM) adalah layanan rehabilitasi yang memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat. Strategi ini dilaksanakan dengan tujuan agar leyanan rehabilitasi dapat dilakukan sedini mungkin dan merata bagi seluuh masyarakat yang memerlukannya.
Tenaga profesional rehabilitasi keberadaannya belum mencukupi kebutuhan masyarakat secara merata. Orang yang membutuhkan layanan khusus tidak hanya berada di perkotaan. Di manapun cenderung kita jumpai mereka yang mengalami gangguan, khususnya anak – anak yang membutuhkan layanan khusus. Layanan yang dilakukan oleh tenaga profesional cenderung memerlukan biaya tinggi dan lokasi layanan yang representatif. Sementara itu, anak – anak yang membutuhkan layanan harus segera dilayani sejak diketahui adanya gangguan yang dialami mereka.
5.         Rahabilitasi Vokasional
Rehabilitasi vokasional dimasudkan untuk memberikan layanan khusus dalam bidang vokasional atau keterampilan. Keterampilan yang ditawarkan kepada mereka sifatnya individu, sesuai dengan kemampuan yang masih dimilikimya dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar individu tersebut.
6.         Rehabilitasi dalam Keluarga
Rehabilitasi dalam keluarga merupakan model layanan rehabilitasi yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya yang mengalami gangguan. Orang tua dimaksud terlebih dahulu dibrikan latihan bagaimana cara memberikan layanan kepada anaknya atau keluarga yang membutuhkan layanan khusus. Model latihan yang diberikan sangat spesifik, tidak sama yang diberikan kader – kader dalam layanan RBM. Mereka harus menguasai berbagai layanan untuk berbagai jenis gangguan.
Orang tua yang sudah dilatih oleh tenaga profesional tertentu di lembaga formal, melakukan praktik layanan terhadap anaknya di bawah bimbingan tenaga profesional. Dengan demikian, diharapkan para orang tua mampu memberikan layanan di rumah. Secara berkala diadakan evaluasi bersama dan tindak lanjut layanan yang harus diberikan.

C.       Jenis dan Peranan terapi dalam Rehabilitasi
1.         Terapi Wicara
Terapi wicara (speech therapy) adalah upaya penyembuhan yang diberikan kepada individu dengan gangguan komunikasi secara sistematis dan terprogram. Caranya melalui mekanisme identifikasi, analisis, diagnosis, dan layanan serta tindak lanjut terhadap kelainan bahasa, bicara, suara irama, dan kelancaran.
Gangguan bicara yang sering kita jumpai adalah kesalahan dalam pengucapan fonem, baik dalam posisi depan, tengah, maupun belakang. Dengan kondisi tersebut terjadilah gangguan dalam berbicara dalam bentuk kesalahan pengucapan fonem, penghilangan fonem ataupun penambahan fonem yang diucapkan.
2.         Fifioterapi
Fisioterapi adalah latihan yang diberikan kepada individu dengan gangguan motorik. Latihan tersebyt dilakukan secara sistematis, melalui identifikasi, analisis, diagnosis disertai dengan layanan yang terprogram dan tindak lanjut sebagai upaya encapai tujuan yang optimal.
Latihan – latihan motorik yang dimaksud ditujukan pada anak yang terganggu perkembangan motorik kasarnya (telentang, miring, telungkup, duduk, merangkak, rembatan, berdiri berjalan, berlari, melompat, dan meloncat).
Adapun jenis fisioterapi meliputi hal – hal berikut :
a.         Massage atau pijat adalah terapi yang diberikan melalui pijatan, yang terdiri dari segmen massage, sport massage. Massage adalah sarana yang paling efektif, praktis, dan ekonomis, tidak memerlukan alat – alat, cukup dengan talk atau minyak sebagai alat untuk memperlancar pemijatan.
b.        Siatsu, pada prindipnya hampir sama dengan massage. Hanya saja dalam siatsu terjadi penekanan – penekanan pada simpul – simpul tertentu sebagai tekanan rangsangan.
c.         Hidroterapi adalah penyembuhan dengan menggunnakan tenaga air, air dingin atau air panas sebagai kompres, bisa juga melalui kegiatan berenang, atau air yang berputar. Di dalam air, tekanan menjadi berkurang, sehingga gerakan, gerakan, dapat dilakukan lebih lama, atau beban dapat ditambah sehingga terapi akan lebih efektif.
d.        Termoterapi, penggunaan air panas, kompres panas, auat dingin guna memberikan stimulasi pada kondisi pembengkakan, dan mengurangi rasa nyri pada otot.
e.         Elektro terapi, yaitu terapi dengan mmanfaatkan tenaga listrik : fibrasi, infrared, dan stimulasi elektro. Dalam hal ini, penggunaan alat – alat tersebut harus diawasi pengawasan ahli, yaitu fisioterapis atau dokter spesialis rehabilitasi medis.
3.         Terapi Okupasi
Terapi okupasi adalah terapi yang dilakukan melalui kegiatan atau pekerjaan terhadap anak yang mengalami gangguan kondisi sensori motor. Kegiatan kehidupan sehari – hari (Activity Daily Living) ini boasanya disebut ADL. Kegiatan ini diberikan secara sistematis melallui kegiatan identifikasi, analisis, diagnosis, pelaksanaan serta tindak lanjut layanan dalam upaya mencapai kesembuhan yang optimal.
Terapi okupasional dilaksanakan dalam bntuk fungsional okupasional terapi dan supportif okupasional terapi. Adapun fungsional okupasional terapi adalah memberikan latihan dengan sasaran fungsi sensori motor, koordinasi, dan aktivitas kehidupan shari – hari, yaitu keseluruhan kegiatan manusia, mulai dari kegiatan bangun tidur sampai dengan tidur kembali. Adapun supportif okupasional terapi adalah latihan – latihan yang diberikan kepada anak dengan gangguan psikososial, emosi, motivasi, cita – cita , dan kurang percaya diri.
4.         Terapi Musik
Musik sebagai terapi dijadikan sarana dalam menningkatkan kemampuan bagi anak yang membutuhkan layanan khusus melalui kegiatan yang sistematis dan terprogram. Terapi musik meliputi identifikasi, analisis, diagnosis, dan program layanan serta tindak lanjut sebagai upaya mencapai kesembuhan yang optimal dalam situasi dan kondisi gembira – ria melalui musik.
Keterampilan bermain musik bukanlah tujuan mutlak dari kegiatan terapi musik. Namun perubahan perilaku atau gerakan dan koordinasi secara optimal menuju kondisi normal. sbagai ilustrasi, seoramng anak yang mengalami gangguan pada koordinasi motorik, melalui terapi musik dapat dilatih yaitu dengan memukul drum atau gendang, tambur, triangle, atau menggoyangkan marakas, sehingga gerak lengan dan tangan bergerak. Gerakan – gerakan tersebut sebagai upaya melatih koordinasi motorik. Tanpa disadari, anak telah mengikuti latihan dengan situasi yang riang gembira melalui kegiatan musik.
Latihan pergerakan organ bicara dapat dilakukan melalui media musik, pengucapan fonem vokal [a], [o]. [u], [i] disertai dengan pukulan atau tiupan alat – alat musik. Latihan  pernapasan bisa dilakukan dengan meniup seruling, pianika, atau harmonika terompet dengan irama panjang, pendek atau variasi panjang-pendek. Dengan demikian, program latihan pengucapan vokal dan pernapasan dapat dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan. Untuk latihan berikutnya, tentu akan menjadi kegiatan yang ditunggu – tunggu oleh anak – anak.
5.         Terapi Permainan
Terapi permainan merupakan salah satu jenis layanan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus melalui kegiatan bermain. Pada dasarnya anak senang bermain. Ada ungkapan untuk anak adalah belajar sambil bermain. Artinya belajar dengan memanfaatkan sarana bermain untuk belajar. Memang dunia anak adalah bermain. Hal inilah yang kita menfaatkan untuk tujuan terapi.
Permainan dapat dijadikan sarana terapi. Berbagai jenis permainan diidentifikasikan dan dianalisis sehingga dapat mengubah prilaku atau fungsi yang menyimpang mnjadi lebih baik.
Untuk menentukan jenis terapi dan sasaran permainan yang tepat, diperlukan langkah – langkah identifikasi kasus, analisis, dan diagnosis. Dengan demikian, program layanan dan jenis permainan yang diberikan dapat meningkatkan fungsi atau perilaku secara optimal. Adapun pelaksanaannya bisa secara individual maupun kelompok sesuai dengan sasaran dan gangguan yang dialami oleh masing – masing individu.
Model terapi mengacu kepada terapi fungsional atau supportif. Fungsional musik terapi ditujukan pada pemullihan fungsi sendi, anggota gerak koordinasi, dan persepsi. Sasaran terapi ialah fisik dan fungsinya. Supportif terapi musik ditujukan pada penyembuhan fungsi – fungsi sosial – psikologis, yaitu gangguan sosial, emosi, komunikasi, motivasi, hiperaktivitas, dan pengembangan pra-akademik serta akademik.
Saat ini musik trapi telah dikembangkan di beberapa lmbaga pendidikan luar biasa, sebagai bagian tersendiri dan dikelola oleh guru khusus yang ahli dibidang terapi musik seperti halnya terapi – terapi yang lainnya.

Dikutip dari buku :
Kosasih, E.2012.Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.Bandung:Yrama Widya.

Referensi :
Tarmansyah.1985.Terapi Okupasi.Ditjen Dikdasmen.Jakarta:Depdikbud.
            .2003.Rehabillitasi dan Terapi untuk Individu yang Membutuhkan Layanan Khusus.Bandung:Depdiknas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar