Oleh: Yossy Srianita, Praktisi dan Pemerhati Pendidikan PAUD. Konsultan
di Sekolah Alam dan Sains Aljannah Islamic Fullday School Cibubur, Jakarta
Pendidikan yang bermutu mampu memberi
konstribusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan layanan
pendidikan yang layak seperti anak-anak typical pada umumnya. Secara nasional
maupun internasioanl, saat ini pemerintahan sudah membuat aturan dan
perundangan-undangan tentang Anak Berkebutuhan khusus, untuk mendapatkan hak
pendidikan yang sama dengan anak-anak diseluruh dunia. Tentu saja dalam memberikan
pelayanan, perawatan dan pendidikan ABK tidaklah semudah yang dibayangkan. Hal
ini memerlukan keterlibatan, keluarga sebagai pusat pelayanan anak, guru,
tenaga kependidikan dan professional. Bermula dari lingkungan keluarga,
anak-anak berkebutuhan khusus tentu mendapatkan perhatian lebih. Pertanyaan
kita, apakah keluarga cukup mampu berperan secara optimal dalam memenuhi
kebutuhan ABK. Salah satu contoh kebutuhan khusus AUTIS. Sebelum masuk ke
wilayah treatment diluar keluarga, ABK “jenis apapun” tentunya mengalami dampak
psiko-sosial dan dampak pendidikan baik dampak negative maupun positif dari
kekhususan ini, seperti :
DAMPAK SOSIAL
Dampak negative :
Kelemahan pada factor psikologis, beberapa orangtua dari ABK
ini mengalami ketidaknyamanan secara social baik dilingkup keluarga besar
maupun dalam masyarakat, antara lain : Ada rasa malu/tidak PD bila membawa anak
mereka ke lingkungan keluarga besar atau masyarakat seperti dilingkungan
tetangga, sering terjadi apabila ada pertemuan keluarga mereka memilih tidak
tidak hadir. Sehingga dampaknya pada anak tidak membangun hubungan social
dengan oranglain selain keluarga inti. Merasa anak ABK memiliki kekurangan,
sehingga tidak yakin lingkungan akan menerima anak ini, dampaknya pada anak
tidak memiliki pengalaman berada dilingkungan yang berbeda (kurang stimulus
social), semakin menghambat potensi anak untuk mengembangkan kemampuan
interaksi sosial sesuai tahap perkembangannya. Walaupun kita tahu secara umum
ABK mengalami kesulitan bersosialisasi. Dengan fakta ini akan lebih menghambat
kemampuan interaksi sosialnya. Orangtua merasa enggan untuk memasukkan anak ke
sekolah karena beberapa pertimbangan : malu, keuangan yang minim karena
mahalnya biaya pendidikan, minimnya pengetahuan dan pengalaman orangtua tentang
sekolah inklusi, masih sedikit sekolah regular yang menerima ABK karena kendala
operasinal.
Dampak positive :
Anak berkebutuhan Khusus sama dengan anak-anak pada umumnya, mereka mendapatkan hak yang sama dalam layanan pendidikan. Dengan adanya anak-anak dengan ABK lahir ke dunia ini dampak positive adalah : Membelajarkan manusia dewasa dan anak-anak bagaimana hidup berdampingan secara social dengan anak berkebutuhan khusus, membelajarkan keluarga bagaiamana memperlakukan ABK, membelajarkan guru, lingkungan masyarakat dalam berinteraksi social dan menerima ABK secara wajar. Belajar sikap-sikap social yang positif seperti : kasih sayang, menghargai, menolong, empati, berbagi, sehingga lingkungan yang kondusif ini akan sangat membantu perkembangan anak ABK, apapun jenisnya. Oleh karena itu kita harus membangun persepsi diseluruh dimensi yang terlibat dalam pendidikan, bahwa yang harus kita lakukan adalah mensosialisasikan pada masyarakat bahwa ABK merupakan sumber belajar nilai-nilai social positif yang amat sangat berarti dilingkungan.
Anak berkebutuhan Khusus sama dengan anak-anak pada umumnya, mereka mendapatkan hak yang sama dalam layanan pendidikan. Dengan adanya anak-anak dengan ABK lahir ke dunia ini dampak positive adalah : Membelajarkan manusia dewasa dan anak-anak bagaimana hidup berdampingan secara social dengan anak berkebutuhan khusus, membelajarkan keluarga bagaiamana memperlakukan ABK, membelajarkan guru, lingkungan masyarakat dalam berinteraksi social dan menerima ABK secara wajar. Belajar sikap-sikap social yang positif seperti : kasih sayang, menghargai, menolong, empati, berbagi, sehingga lingkungan yang kondusif ini akan sangat membantu perkembangan anak ABK, apapun jenisnya. Oleh karena itu kita harus membangun persepsi diseluruh dimensi yang terlibat dalam pendidikan, bahwa yang harus kita lakukan adalah mensosialisasikan pada masyarakat bahwa ABK merupakan sumber belajar nilai-nilai social positif yang amat sangat berarti dilingkungan.
DAMPAK PENDIDIKAN
Dampak negative :
Operasional pendidikan ABK dengan biaya
tinggi, berdampak pada keluarga yang tidak mampu sehingga tidak dapat menikmati
layanan pendidikan yang layak dan tepat. Hanya orang-orang tertentu yang
mendapatkan pelayanan pendidikan ABK ini, sementara aturan dan
perundang-undangan memberikan hak pendidikan untuk setiap anak termasuk ABK.
Terlihat juga disini dampak aturan dan perundang-undangan tersebut terhadap layanan pendidikan ABK, jika belum ada solusi atau gambaran yang jelas tentang operasional pendidikan untuk sekolah-sekolah tentang penyelenggaraan pendidikan ABK atau disebut SEKOLAH INKLUSI. Tidak semua sekolah di Indonesia mampu menyelenggarakan operasional pendidikan sekolah Inklusi, sebab kita tahu banyak hal yang harus disiapkan untuk seperti : alat, media, perlengkapan, sarana prasarana, terapi dan tenaga professional untuk memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Kurangnya sosialisasi tentang layanan pendidikan inklusi pada masyarakat, berdampak pada harapan orangtua ABK, agar anak mereka dapat sembuh setelah mendapatkan pendidikan dan memiliki kemampuan seperti anak-anak typical lainnya. Sehingga dampaknya adalah memaksakan anak ABK untuk mencapai target-target tertentu terutama secara akademik. Hal ini terlihat dari tuntutan orangtua murid ABK pada sekolah-sekolah regular atau sekolah inklusi. Banyak terjadi di lapangan, tuntutan orangtua yang berlebihan, misalnya di PAUD : “setelah anak saya selesai di kelompok A, saya mau dia bisa di kelompok B karena saya mau tahun depan umurnya 7 tahun anak saya sudah di sekolah dasar”. Kasus ini banyak sekali terjadi sehingga orangtua tidak lagi menyadari sebenarnya kebutuhan anak mereka. Tentu ini berdampak pada anak. Dampak pendidikan pada ABK tidak lagi mempertimbangkan perkembangan anak dan kebutuhan khusus mereka.
Terlihat juga disini dampak aturan dan perundang-undangan tersebut terhadap layanan pendidikan ABK, jika belum ada solusi atau gambaran yang jelas tentang operasional pendidikan untuk sekolah-sekolah tentang penyelenggaraan pendidikan ABK atau disebut SEKOLAH INKLUSI. Tidak semua sekolah di Indonesia mampu menyelenggarakan operasional pendidikan sekolah Inklusi, sebab kita tahu banyak hal yang harus disiapkan untuk seperti : alat, media, perlengkapan, sarana prasarana, terapi dan tenaga professional untuk memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Kurangnya sosialisasi tentang layanan pendidikan inklusi pada masyarakat, berdampak pada harapan orangtua ABK, agar anak mereka dapat sembuh setelah mendapatkan pendidikan dan memiliki kemampuan seperti anak-anak typical lainnya. Sehingga dampaknya adalah memaksakan anak ABK untuk mencapai target-target tertentu terutama secara akademik. Hal ini terlihat dari tuntutan orangtua murid ABK pada sekolah-sekolah regular atau sekolah inklusi. Banyak terjadi di lapangan, tuntutan orangtua yang berlebihan, misalnya di PAUD : “setelah anak saya selesai di kelompok A, saya mau dia bisa di kelompok B karena saya mau tahun depan umurnya 7 tahun anak saya sudah di sekolah dasar”. Kasus ini banyak sekali terjadi sehingga orangtua tidak lagi menyadari sebenarnya kebutuhan anak mereka. Tentu ini berdampak pada anak. Dampak pendidikan pada ABK tidak lagi mempertimbangkan perkembangan anak dan kebutuhan khusus mereka.
Dampak Positive :
Dampak pada pendidikan dengan terlahirnya anak-anak berkebutuhan khusus, tentu memungkinkan lahir ide-ide baru, untuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah regular dan melahirkan sekolah inklusi. Sebab keadaan saat ini sudah menjadi sorotan tajam dalam dunia pendidikan. Misalnya munculnya alat, media, sumber belajar untuk memberikan treatment yang tepat pada ABK kebutuhannya. Seperti : alat permainan untuk terapi motorik anak autis. Mau tidak mau, dampak positivenya akan melahirkan sekolah-sekolah inklusi mulai dari yang sangat sederhana atau regular sampai sekolah inklusi dengan program berkualitas dan biaya opeasional yang tinggi. Tentu dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang ABK dan sekolah inklusi, maka semakin meningkat pula minat masyarakat untuk memberikan layanan pendidikan ABK yang berkualitas untuk anak-anak mereka. Dengan demikian maka diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat memfasilitasi sekolah-sekolah inklusi dengan pembekalan keilmuan pada guru, orangtua dan tenaga kependidikan yang nantinya diharapkan mampu memberdayakan ABK setelah mereka mendapatkan layanan pendidikan berkualitas. Pembekalan pengetahuan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran ABK.
Dampak pada pendidikan dengan terlahirnya anak-anak berkebutuhan khusus, tentu memungkinkan lahir ide-ide baru, untuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah regular dan melahirkan sekolah inklusi. Sebab keadaan saat ini sudah menjadi sorotan tajam dalam dunia pendidikan. Misalnya munculnya alat, media, sumber belajar untuk memberikan treatment yang tepat pada ABK kebutuhannya. Seperti : alat permainan untuk terapi motorik anak autis. Mau tidak mau, dampak positivenya akan melahirkan sekolah-sekolah inklusi mulai dari yang sangat sederhana atau regular sampai sekolah inklusi dengan program berkualitas dan biaya opeasional yang tinggi. Tentu dengan berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang ABK dan sekolah inklusi, maka semakin meningkat pula minat masyarakat untuk memberikan layanan pendidikan ABK yang berkualitas untuk anak-anak mereka. Dengan demikian maka diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat memfasilitasi sekolah-sekolah inklusi dengan pembekalan keilmuan pada guru, orangtua dan tenaga kependidikan yang nantinya diharapkan mampu memberdayakan ABK setelah mereka mendapatkan layanan pendidikan berkualitas. Pembekalan pengetahuan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran ABK.
Guru dapat melakukan beragam cara
untuk mengeleminasi dampak negative dan mempromosikan dampak positive. Dapat
dilakukan dengan perubahan berorientasi keluarga, yaitu memandang
keluarga sebagai pelaksana penting dalam upaya membantu anak, dan tenaga
professional harus bekerja bersama keluarga serta memunculkan konsep tersebut
dalam literature akademik. Hal ini merupakan pengakuan bahwa perlakuan
dapat berdampak terhadap perkembangan dan kompetensi anak jika pengaruh
pihak-pihak lain dalam lingkungan anak secara aktif berpartisipasi dalam upaya
memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan anak melalui aktivitas yang
dirancang untuk meningkatkan keterampilan tersebut, antara lain :
- Pemberdayaan (empowering), memberikan bantuan kepada keluarga bagaimana mengenali ABK melalui kegiatan pembekalan pengetahuan dan identifikasi awal anak melalui tes kesehatan terpadu dan kontiniu dengan kerjasama pihak-pihak terkait, seperti medis, terutama puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan yang mudah terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat, sehingga keluarga tidak lagi khawatir dengan kendala pembiayaan pada saat dilakukan intervensi fisik anak. Pihak-pihak terkait lainnya mungkin PLB, membekali dasar-dasar identifikasi ABK pada keluarga. Dengan pemberdayaan keluarga ini dapat mengembangkan sendiri, menentukan dengan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bertindak dalam kehidupannya sendiri. Artinya kita benar-benar memberdayakan keluarga untuk mampu memberikan pelayanan dalam bentuk aktivitas dan rutinitas di lingkungan rumah.
- Pemupukan (enabling), menciptakan kesempatan untuk keluarga mendapatkan sumber-sumber kekuatan sendiri, membangun sumber-sumber tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan anaknya. Ini dapat dilakukan dengan membuat kumpulan atau organisasi orangtua, guru dan professional. Memungkinkan organisasi ini merancang aktifitas social seperti : menggalang dana untuk penyediaan sarana dan prasarana terapi di sebuah sekolah, atau menyelenggarakan event untuk pembekalan untuk guru-guru seperti : seminar tentang ABK, pameran hasil karya anak dan talkshow penampilan bakat anak dan lain-lain. Hal diharapkan mampu memberi kepercayaan pada masyarakat bahwa keluarga dapat memenuhi kebutuhan anaknya dengan berbagai cara bermakna dan menghasilkan untuk kelangsungan layanan pendidikan pada anak-anak ABK. Kemitraan (partisipasi) sudah pasti program ini kerjasama dengan berbagai pihak terkait (pemerintahan, professional, guru dan orangtua untuk membangun sikap positif terhadap bekerjasama secara aktif untuk meningkatkan hasil, bagi anak maupun keluarga, melebihi apa yang dapat di capai dalam bentuk perlakuan.
Berdasarkan uraian dari dampak yang muncul
dengan lahirnya anak-anak kita yang special, akan semakin membangun motivasi
kita secara psiko-sosial dan pendidikan. Ini semua sudah menjadi ketentuan
Allah sang Kholiq, dengan segala kelebihan yang mereka miliki. Sebagai orang
dewasa yang berada dilingkungan mereka, tentu menjadi fasilitator dan motivator
untuk membangun dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Tidak ada satupun
anak dilahirkan ke dunia tanpa memiliki potensi. Kepada semua pihak yang
terlibat dalam pendidikan terutama orangtua dan keluarga sebagai pendidik utama
selayaknya berbangga hati, menggali dan menemukan potensi-potensi dan kekayaan
yang dimiliki anak-anak manapun, termasuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Penerimaan dan treatment yang kita berikan pada semua anak-anak kita
dengan segala kelebihan /fitrah yang dibawanya sejak lahir akan
membantunya untuk berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Menggali
potensi itu dengan berbagai stimulasi yang sesuai, misal : terapi dan
memasukkan ke sekolah-sekolah regular atau sekolah inklusi, melayani dengan
penuh cinta dan sabar, dan yang terpenting melayani dengan paham dan membantu
anak-anak kita menjadi pribadi yang siap layan diri. Suatu hari anak-anak
hidup pada zaman yang berbeda dengan kita, dan mungkin kita sudah tidak bisa
mendampingi mereka lagi maka berbuatlah dari sekarang juga untuk anak-anak
kita. Pentingnya kekuatan doa dibalik semua usaha untuk itu. Sukses selalu
untuk kita semua para pendidik.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/14/dampak-social-dan-dampak-pendidikan-anak-abk-anak-berkebutuhan-khususnya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar