Ketika
saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di prodi Pendidikan Luar Biasa
atau PLB, saya tidak pernah menyangka bahwa keputusan saya ini akan merubah
sudut pandang saya kepada orang lain melalui sudut pandang yang berbeda. Bagi
saya, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan dalam
beraktivitas secara normal dikarenakan kelainan yang terjadi pada diri anak
tersebut, baik kelainan fisik maupun kelainan mental. Awalnya saya beranggapan
bahwa anak berkebutuhan khusus tersebut lemah dan tidak berdaya, sehingga hanya
dapat hidup dengan bantuan orang lain. Namun kini, saya beranggapan bahwa anak
berkebutuhan khusus memiliki semangat dan jiwa juang sekeras baja. Saya
berterima kasih kepada HMP PLB FKIP UNS dan dosen ortopedagogik saya, yaitu
Bapak Munawir karena telah memberikan saya kesempatan untuk dapat berinteraksi
langsung dengan anak berkebutuhan khusus. Bapak
Munawir memberi tugas kepada mahasiswa PLB angkatan tahun 2012 untuk
observasi di salah satu SLB sesuai dengan undian jenis kelainan yang didapat
oleh masing – masing kelompok. Saat undian jenis kelainan tersebut, kelompok saya
mendapat tunadaksa, sehingga kelompok saya memutuskan untuk melakukan observasi
di SLB YPAC Surakarta.
Pada
hari Sabtu, 1 Desember 2012 saya bersama teman – teman satu kelompok yang
berjumlahkan sembilan orang datang ke YPAC Surakarta dan melakuka observasi.
Ketika datang, kami harus menemui bapak Hadi. Kemudian bapak Hadi memberikan
penjelasan mengenai sejarah berdirinya SLB YPAC Surakarta. Seusai tanya-jawab,
sya dan teman – teman diajak berkelilling YPAC Surakarta. Ketika berkeliling,
saya sadar bahwa masih banyak teman – teman saya yang tidak seberuntung saya. Saya
bertemu dan berinteraksi langsung dengan para siswa yang ada di YPAC Surakarta.
Bagi saya, ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dan luar biasa. Saya
dapat menyapa dan berjabat tangan dengan anak berkebutuhan khusus. Di YPAC
Surakarta, tidak hanya menjumpai anak tunadaksa sja, namun ada juda anak lamban
belajar dan autis. Sungguh pengalaman yang luar biasa dan menyenangkan bagi
saya. Dari pengelaman inilah, sudut pandang saya tentang anak berkebutuhan
khusus berubah. Kini saya tahu, bahwa anak berkebutuhan khusus seperti
tunadaksa juga dapat beraktivitas produktif slayaknya orang normal pada
umumnnya. Anak tunadaksa dapat diajari keterampilan hidup melalui bina gerak
dan bina diri, sehingga anak tunadaksa dapat hidup mandiri. Di YPAC Surakarta,
anak tunadaksa juga diberi dan dilatih keterampilan, seperti membatik dan
memasak. Saat melakukan observasi dengan berkelilling, saya melihat langsung
anak tunadaksa memasak. Dengan antusias, mereka mengikuti setiap petunjuk yang
diberikan oleh ibu guru pendamping. Ini menarik sekali. Selain itu, saya bapak
Hadi juga memperlihatkan beberapa batik karya anak tunadaksa. Sangat
menakjubkan. Meski motifnya sederhana, namun batik karya anak tunadaksa
tersebut sangat rapi dan terlihat cantik. Saya saja sampai merasa iri karena belum
dapat membuat batik seperti karya anak tunadaksa tersebut. Di pelataran, saya
juga menyaksikan beberapa anak tunadaksa sedang berlatih memainkan alat musik
sederhana dalam rangka persiapan pertunjukan car free day pada hari Minggu, 12
desember 2012. Meski mengalami sedikit kesulitan, namun anak tunadaksa tersebut
tetap semangat berlatih. Bahkan ketika sinar matahari terasa menyengat di
kulit, mereka tidak memedulikannya. Mereka asyik berlatih dan bercanda bersama.
Senang sekali melihat senyum dan tingkah laku anak yunadaksa yang lucu.
Kegiatan
observasi saya berakhir setelah bapak Hadi menjelaskan ruang terapi yang ada di
YPAC Surakarta dan foto bersama di pelataran SLB YPAC Surakarta. Dikarenakan
tugas dari dinas, seusai menemani saya dan teman – teman observasi bapak Hadi
tidak dapat mendampingi kami untuk mengenal lebih dalam tentang anak tunadaksa
dan SLB YPAC Surakarta. Namun beliau memberikan kesempatan kepada saya dan
teman – teman untuk mengenal YPAC Surakarta lebih dalam dan beliau juga berpesan
bahwa kami diperbolehkan main kapan saja ke YPAC Surakarta. Sungguh
menyenangkan. Sebelum pulang, saya dan teman – teman menyaksikan proses latihan
musik dalam rangka persiapan pertunjukkan di car free day. Saya merasa senang
dan ini adalah pengalaman baru yang berharga bagi saya.
Selain
itu, dalam rangka memperingati Hari Internasional Penyandang Cacat atau
HIPENCA, HMP PLB FKIP UNS menyelenggarakan jalan – jalan bersama anak
berkebutuhan khusus di car free day pada hari Minggu, 9 Desember 2012. Dalam
acara tersebut, dilibatkan anak berkebutuhan khusus dari SLB se-Surakarta.
Dalam acara tersebut, saya kagum melihat kemampuan anak – anak berkebuthan
khusus tersebut. Ada yang bisa bermain drumband dan bernyanyi. Bahkan saya yang
normal saja tidak bisa melakukan itu. Saya hanya bisa berkata “ mereka sungguh
luar biasa dalam keterbatasannya”. Puncak memperingati HIPENCA dilaksanakan
pada hari Kamis, 13 Desember 2012 dengan melibatkan anak berkebutuhan khusus
dari SLB se-Surakarta. Dalam acara tersebut, saya kembali berdecak kagum akan
kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus tersebut. Mereka menampilkan
kemampuan mereka yang belum tentu dimiliki oleh orang normal. Ada yang menari,
bermain drum, bernyanyi, hingga membacakan puisi. Mereka sungguh luar biasa.
Banyak
pengalaman dan pelajaran berharga yang saya peroleh. Sekarang saya mengerti
bahwa anak berkebuthan khusus sama seperti manusia normal. Hanya saja mereka
mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan manusia normal. Tugas kita adalah
mengarahkan sudut pandang mereka menjadi sudut pandang seperti manusia normal
pada umumnya. Rasanya saya ingin cepat – cepat menyelesaikan studi saya dan
menjadi pendidik bagi anak berkebutuhan khusus.